Ilustasi hari tanpa bayangan. Editor hidayattullah.ubb |
Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut Kulminasi Utama. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Dilansir situs resmi BMKG (11/9/2019), hari tanpa bayangan muncul karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi.
Posisi Matahari dari Bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5 Lintang Utara (LU) sampai 23,5 Lintang Selatan (LS), hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari.
BMKG melaporkan "Di tahun ini, Matahari tepat berada di khatulistiwa pada 21 Maret 2019 pukul 05.00 WIB dan 23 September 2019 pukul 14.51 WIB".
Sementara pada (21/6/2019) pukul 22.55 WIB, Matahari berada di titik balik Utara 23,5 LU dan pada (22/12/2018) pukul 11.21 WIB, Matahari berada di titik balik Selatan 23,5 LS.
Mengingat posisi Indonesia berada di sekitar ekuator, di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa terjadinya kulminasi utama.
Sebagai contoh kota Pontianak yang tepat terbelah oleh garis khatulistiwa, kulminasi utamanya terjadi pada (21/3/2019) pukul 11:50 WIB dan pada (23/9/2019) pukul 11.35 WIB.
Adapun di kota Jakarta, fenomena ini sudah terjadi pada (5/3/2019) lalu, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.04 WIB, dan akan terjadi kembali pada (9/10/2019), yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB.
Secara umum, kulminasi utama di Indonesia terjadi terjadi antara 22 Februari di Seba, Nusa Tenggara Timur hingga 5 April di Sabang, Aceh. Kemudian kulminasi utama kedua terjadi pada 8 September di Sabang, Aceh sampai dengan 21 Oktober di Seba, Nusa Tenggara Timur.
➡ Jadwal hari tanpa bayangan yang jangan terlewat .
0 Comments