Bahagia Dengan Menggunakan Hati

 Newsflash-RI] Ketika meraih kesuksesan baik bisnis,karier ataupun pendidikannya seringkali seseorang bangga dengan keberhasilannya itu. Orang lain yang melihatnya juga akan merasa salut atas perjalanan suksesnya sebagai buah jerih payah perjuangan selama ini.


Memang benar kesuksesan seseorang terkadang lebih dinilai pada ukuran materi dan jabatan namun belum tentu dibalik kesuksesan tersebut ada sebuah kebahagian. Ukuran relatif dalam menilai batas capaian kebahagiaan, semua akan kembali pada hati dari individu yang menjalaninya.

happy heart in prayer radiant blue light. Ilustrasi oleh Alena Sydekh
happy heart in prayer radiant blue light. Ilustrasi oleh Alena Sydekh. Copyright Google.

Hati dan tingkat rasa syukur yang dimiliki seseorang akan menentukan kebahagian sehingga besar kecilnya materi,harta dan tingginya jabatan tidak lagi bisa menjadi patokan.
Jadi kunci kebahagian adalah bagaimana kita mensyukuri segala yang kita peroleh, bagaimana menata hati kita atas kekurangan diri kita menjadi sebuah kenikmatan yang akan membawa kepada kemudahan dalam kehidupan akherat nanti.

Ibarat  di sebuah supermarket, seseorang  yang kaya membawa uang banyak di dompetnya. Ketika di dalam supermarket dia tergiur atau tergoda membeli barang-barang yang dijual, bahkan barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan pun dia borong sehingga keranjang belanjaannya penuh. Berbanding balik dengan seorang bapak yang benar-benar miskin tidak punya uang sama sekali mengajak anaknya yang berusia balita masuk supermarket, tujuannya hanya untuk membahagiakan anaknya bisa melihat-lihat dan masuk ke supermarket yang mungkin setahun sekali belum tentu bisa masuk karena kondisi ekonominya. Namun dengan melihat barang-barang dagangan yang dipajang di supermarket saja, bapak dan anak itu sudah merasakan bahagia meskipun tidak harus memilikinya.

Lalu apa yang terjadi dengan mereka saat mau keluar dari supermarket? Ternyata beda yang mereka alami, bagi orang kaya sebelum keluar harus berhenti di depan kasir, dicek satu per satu belanjaannya kemudian harus membayarnya. Semakin banyak belanjaanya semakin lama dia berhenti di kasir dan semakin besar yang harus dia bayar.

Beda dengan bapak dan anaknya tadi, karena tidak ada uang untuk belanja akhirnya mereka keluar tanpa harus berhenti di depan kasir karena memang tidak ada yang dibeli.


Ilustrasi tadi menggambarkan bahwa kelak di akherat semua yang dimiliki baik harta, jabatan dan kedudukan akan dipertanggungjawabkan darimana memperolehnya dan untuk apa digunakan selama di dunia. Semakin banyak harta dan tinggi kedudukan maka akan semakin besar dan banyak yang harus dipertanggung jawabkan.

Jadi, kunci dari kebahagiaan adalah bagaimana menata hati bukan dari harta dan kedudukan yang dimiliki. (Bejo)

0 Comments