Pimpina Jamaag Aolia Gunungkidul Siapa Jaga Toleransi



Gunungkidul (newsflash-ri)____ Jemaah Aolia memiliki kalender penanggalan sendiri yang berbeda dengan kalender Hijriah yang digunakan oleh kebanyakan umat Islam. Hal ini sekaligus menjadi alasan mengapa mereka memulai pelaksanaan salat Tarawih dan puasa Ramadhan lebih awal dibanding mayoritas umat Islam di Indonesia. Diwilayah Gunungkidul sendiri terdapat keberadaan jamaah Aola pimpinan Mbah Benu yang tersebar di beberapa kapanewon Selasa (09/04/2024). 

Mbah Benu, selaku pendiri Jemaah Aolia, punya riwayat berguru pada ulama besar. Ia belajar agama di Pesantren Mbulus yang terletak di daerah Maron Purworejo. Di pesantren tersebut, dia belajar dari beberapa ulama, termasuk Gus Jogo Rekso dari Muntilan, Syech Jumadil Kubro yang dimakamkan di Gunung Turgi, dan Sunan Pandanaran dari Klaten. Perlu diketahui bersama jamaah aolia dalam beberapa tahun terakhir terdapat perbedaan dengan pemerintah mengenai penentuan awal ramadhan, idul fitri maupun tahun baru islam.

 Mbah Benu mengatakan bahwa perbedaan pendapat merupakan hal biasa karena indonesia terdiri dari berbagai ras suku agama sehingga perbedaan tidak dilarang asalkan tetap menjalin toleransi antar umat beragama. 

Mbah Benu mengatakan perlunya sebagai umat beragama khususnya umat islam untuk menjaga toleransi, karena toleransi adalah awal mula terciptanya kerukunan. Dalam penentuan awal ramadhan dan  idul fitri jamaah aolia terlebih dahulu melaksanakan dan mendahului keputusan pemerintah, karena diyakini memiliki berbeda namun atas dasarnya tujuan sama yaitu kepada Allah SWT. 

Terkait dengan adanya perbedaan tersebut Mbah Benu menghimbau kepada jamaah aolia dan umat islam di Gunungkidul untuk tetap saling menghormati dan menjaga toleransi, jangan sampai terjadi konflik. (Yat).

0 Comments